Teman Sekelas

Memutuskan melakukan perjalanan dan menetap dalam waktu yang panjang adalah pilihan untuk lari dan menghindar dari hiruk pikuk dan penatnya pekerjaan. Barangkali.

Sehari sebelum saya berangkat ke Jogja saya sudah wanti wanti rekan kerja di kantor, "Please do not disturb me ya" sambil terkekeh tapi agak serius. Tapi jangan tanya berapa kali chat di WA dan HP berdering. Gumam saya dalem hati cuma "ohh God, i really wanna take my holiday without any call from my office...". Lalu di waktu berlainan ada client yang juga mengontak, saya paham betul client yang satu ini memang akan jalan projek yang super dadakan.





Lelaki memang butuh waktu untuk sendiri, atau sekedar berkumpul bersama kaumnya.

Ya, sungguh benar dan sangat sangat benar. Saya sebagai lelaki memang sangat ingin punya waktu yang bisa saya gunakan untuk hal hal yang menyenangkan, sendirian saja tanpa ada gangguan. Main game, baca buku hingga nonton, tanpa ada yang menginterupsi.




Lalu memalingkan diri menikmati jalanan Malioboro, nongkrong di cafe sambil memesan menu yang belum pernah saya coba sebelumnya adalah yang saya lakukan di Jogja. Selain menyempatkan untuk menikmati syahdunya masjid Jogokarian dan memandangi balutan matahari yang ditenggelamkan senja di Candi Ratu Boko.




Tapi, jalan jalan ini begitu menyenangkan karena ada mereka. Teman masa SMA yang bertemu pasca Idul Fitri lalu dan sambil iseng saya bilang ingin ke Jogja sekedar berkunjung dan berlibur. Nyatanya 2 teman ternyata ingin menonton Prambanan Jazz, teman lainnya memang sedang ditempatkan di Jogja untuk bekerja, lalu ada juga yang akan lanjut S2 disana. Belakangan Cita, teman sekelas kami lainnya juga ternyata sedang berkunjung ke Jogja. Jadilah kami teman sekelas yang menghabiskan sebagian hari disana, tertawa kala saling bercerita seperti apa kami dahulu, tentang guru guru dan teman yang kadang kadang kami rindukan.

Saya ingin bercerita banyak tentang Jogja dan kenapa lagi lagi saya ingin kembali kesana.
Tapi, lain kali.





No comments:

Post a Comment