Keberpihakan

Apakah menjadi ummat suatu agama adalah keberpihakan? Nalar yang berpihak pada pilihan, hati yang berpihak pada kecenderungan, tubuh yang berpihak pada insting dalam memberi respon dan mengambil keputusan.

Dalam perenungan sebagai hamba yang belum taat, dalam penghambaan, kontemplasi dan muhasabah, akhirnya memilih untuk berpihak bukan pada agama yang diwariskan kedua orangtua, tapi pada agama yang ruh sama sama telah berpihak dan mempersaksikan.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”
Sura Al-A'raf : 172

Agama inilah yang menjadi fitrah, bagi yang percaya. Maka ketika secara kebetulan kedua orangtua mengimani Tuhan yang sama, persaksikanlah.



Agama, andai boleh diterjemahkan secara bebas, adalah jalan hidup, tempat melangkah dan berpijak, mengisi relung tubuh dengan desiran kekuatan. Ada yang tersiksa kala mempertahankannya, ada yang lelah dalam menjalani fragmen kehidupannya, ada yang berontak saat iman mencari pembenaran. Namun ia tumbuh, menguatkan yang kepayahan, menghijrahkan yang terpanggil, meninggikan yang papa, melahirkan keberkahan, menyelimuti jasad tanpa ragu, meski payah, meski lelah, meski tersungkur jatuh terjerembab, ia bangkit, selalu bangkit.

Agama adalah tenaga, yang memaksa merangkak meski kelelahan menggerogoti tubuh dan zaman, yang mencurahkan tangis haru dan duka.

Agama adalah kasih, berkumpulnya para kekasih, membuncah asa dalam jalan panjang para pejuang, dalam dekapan ukhuwah, dalam lapis lapis keberkahan, dalam perjalanan yang bidadari pun cemburu padanya, dalam persaksian.

Maka, saksikanlah bahwa aku seorang Muslim.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ 
مُسْلِمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.
Surah Ali -Imran : 102

Ini imanku, mereka bertanya pada siapa aku berpihak?

PadaMu ya Rabbi...

Rabbi, matikan kami, di jalan yang kami telah mempersaksikannya.

No comments:

Post a Comment