Bagaimana mungkin senja rela berpaling menuju malam, tanpa menitipkan syair syair kelu tentang perpisahan. Buatkan aku syair itu, yang saat jalanan meneriakkannya kau pun rela mematung, menunggu sama sama. Menikmati sastra yang berbalut bait, meski kau tak pernah mengakui. Aku tahu, ada prosa yang berulang kau baca, ungkapkan rindu yang belum mampu kau temukan kembaran rasa.
Popular Posts
-
Untuk Dodi 20 Tahun Lalu, Dear Dodi, apa kabar? Masih takut kalau hujan dan petir datang bergantian? Cobalah untuk menikmatinya, meski ha...
-
Di depan ada film Ayat Ayat Cinta 2 yang sejak satu setengah jam lalu membuat mata tak beranjak kemana mana, sementara jarum jam yang memai...
-
pantaskah kita dicintai? tentu pantas, karena smua manusia berhak mencintai dan dicintai tapi lihat pada diri kita! dosa berlumuran menutupi...
-
Saya percaya saat saya berhenti menulis adalah pertanda ada yang salah dengan diri saya sendiri. Entah karena gagal membagi waktu atau ter...
-
Photo source: https://www.flickr.com/photos/malena910/9982321684/in/photolist-gd71sy kadang kita malah terperangkap dalam jaring...
-
Hudan, berdiri disamping pintu dan kereta yang ditumpanginya melaju perlahan. Sementara saya mematung kebingungan sembari menunggu kereta E...
No comments:
Post a Comment