Keliru

Lelah. Menunggu adalah kelelahan yang menjemukan. Ia kadang tak waras seperti rasa gila yang mengaum, menakutkan tanpa sebab, menguliti kesakitan rasa tanpa akhir.

Pada hati, yang karena gemilangnya cemburulah malaikat, dan nistanya membuat terbahak syaitan.

Kita kadang terlalu takut untuk sekedar berharap tentang hidup yang memang tak selalu baik datang dan perginya.


Ada tanya yang menguap dari ucap dan gumam saat duduk menunggu kereta, ia pergi mengalir terlalu jauh untuk melihat kembali ke belakang. 

Berlalu dan memastikan untuk dilupakan. Ia pergi, tanpa pamit dan rasa bersalah, meninggalkan wajah dan isak tangis kecewa. Kala itu, butir air matanya rela jatuh lebih banyak, merengek lebih lama dan menatap lebih jauh. 

Gumam dalam hatinya berdetak berontak, ingin ia mengucap lebih mesra pada rona yang kemarin memerah di balik tenggelamnya senja. Tapi, hati seringkali tak paham. 

Ia mengerti, ada waktunya saat meminta fatwa pada hati adalah benar yang keliru.

No comments:

Post a Comment