ada berapa banyak pilihan dalam hidup?
menjadi biasa, menjadi baik, menjadi sangat baik
kita hidup dalam cengkraman zaman yang gila, roda roda yang lebih cepat dari pemutarnya
jalanan yang semakin sempit, gunung yang tak lagi hijau, juga laut yang terlalu menyeramkan. ada satu titik pemberhentian di zaman ini, titik yang membuatmu menjadi manusia seutuhnya. titik yang tak mau berganti baris.
kalau hari ini mendung, bukankah esok cerah mungkin datang?
dan lusa mungkin mendung lagi bukan?
meraih kemulian dari manusia, menggenggam banyak tangan. lantas jatuh dan tersungkur.
mulia itu terlalu indah memang jika mahkotanya dimanusiakan.
"kita tak berdaya kerap kali bukan karena hilangnya kekuatan, melainkan karena kita tak tahu menghargai ketulusan. mereka yang dengan tulus menemani kita berjuang, mendo'akan dari kejauhaan, menyediakan tangannya untuk memupus letih dan kesedihan kita, terkadang kita lupakan justru di saat kita hampir menuai keberhasilan...
kita terperdaya oleh tepuk tangan yang datang dengan bergemuruh dan bergelombang sehingga kita menyangka disanalah terletak kekuatan, kita larut di dalamnya sehingga meninggalkan sahabat - sahabat yang ikhlas hatinya mengawal perjuangan kita. kita tak lagi menyukai kehadirannya karena mereka memberi nasihat di saat orang lain memberikan tepuk tangan...
sekali lagi kita salah sangka, kita mengira orang orang yang menyambut dengan wajah yang gembira adalah para kekasih yang tulus dan pendukung perjuangan yang ikhlas. kita menyangka mereka mencintai dengan sepenuh jiwa sehingga kita tak meganggap ada mereka yang dulu menjadi penolong kita. kita baru tersadar ketika mereka tak menyambut seruan kita, sebab mereka hanyalah orang orang yang sedang menikmati tontonan. tetapi di saat tersadar, tak setiap sahabat dapat kita rengkuh kembali untuk berjuang. bukan karena hilangnya kesetiaan... Bukan."
No comments:
Post a Comment