Ramadhan ini, mungkin banyak jamaah
di masjid dekat rumah yang merindukan sosok itu. Sosok yang pernah terjatuh
kala shalat tarawih masih berlangsung di suatu malam. Hari itu saya persis ada
di belakangannya atau mungkin berdiri di
sampingnya. Ketika ia jatuh, ia tidak lantas membatalkan shalat tapi
memperbaiki duduknya agar nyaman dan melanjutkan shalat tarawih berjamaah. Bukan
satu atau dua kali itu terjadi, di malam yang lain hal serupa masih terjadi, Allahu
Akbar, sosok itu masih setia tarawih berjamaah di masjid meski bacaan surahnya
1 juz per malam, atau 1-2 lembar Al-Qur’an tiap 2 rakaat yang bagi saya lumayan membuat kaki pegal. Sosok itu tetap
begitu, melemparkan senyum pada jamaah lainnya dan tetap berusaha khusyu’ dalam
shalatnya meski ia sedang sakit parah.
Dari cerita yang saya dengar,
sosok itu begitu mencintai keluarganya. Jika ia mendapat masalah di kantornya
ia akan segera menelepon istrinya, dan sang istri akan menasehati dengan bahasa
dan tutur kata yang sangat indah. Begitu juga sebaliknya ketika sang istri
mulai jengkel dengan polah anak anak dan tetangganya, ia akan segera menelepon
sang suami, lalu meminta nasehat dan wejangan. Sang suami dalam kondisi apapun
dengan sabar menerima keluh dan kesah istrinya hingga sang istri mula tenang
dan kembali tersenyum sabar.
Bukan satu atau dua kali, saya
melihat sosok itu dibonceng istrinya.
Keduanya selalu tampil dengan senyum yang
khas, raut kesabaran yang selalu mencul meski sang suami sedang sakit parah. Saat
sang suami bekerja, sang istri mengaji di rumah, ia ingin menjadi ibu yang
dicintai anak anaknya. Sang istri yang masih terbata bata kala membaca Al-Qur’an
mulai rutin belajar, dan sejak ia menikah Jilbab itu tak pernah terlihat memendek,
jilbab itu menjadi ciri khas baginya dan bagi muslimah lainnya. Suatu ketika
sosok itu diamanahi menjadi ketua RT, sang istri tekun dengan amanah ibu RTnya,
saat sang suami sibuk ia tidak canggung memutari lingkungan RT untuk bertemu
dengan warganya yang membutuhkan, meski sebenarnya ia pun harus mengurusi anak
anaknya yang masih kecil.
Sosok itu, meninggal dunia dengan
ribuan kisah yang tak pernah sama, ribuan jejak yang menyeret tanya dan
kekaguman pada sesosok hamba Allah yang dicintai banyak orang. Sosok yang
begitu sabar.
Sang istri tidak berubah, meski
kini ia ditinggal separuh jiwanya ia tetap berlalu lalang dengan motornya,
mengantar anak anaknya sekolah, tetap mengaji, dan tetap menjadi pribadi yang
baik dan dicintai teman temannya.
Sosok itu tidak muncul di FTV,
sinetron atau dalam novel best seller karya novelis ternama, ia muncul disini
di layar dunia yang nyata.
Begitulah Allah menggambarkan
kesabaran dalan hidup yang kadang tidak saya hadapi dengan sabar.
No comments:
Post a Comment