Celupan



kemarin, hari ini atau esok
hitung saja berapa banyak orang yang mundur kebelakang
berapa banyak yang menggantikan dan mengisi barisan depan
mundur sejenak ingin segarkan pikiran katanya, agar ketika kembali membawa energi baru
yang bisa diinfus pada yang lain.


Rihlah (jalan-jalan) sejenak untuk mengisi kekosongan, untuk menyegarkan pikiran.


saat seorang shahabat meminta izin untuk rihlah agar ketika ia kembali dapat membawa semangat baru, jawaban Rasulullah SAW kala itu begitu indah;


"Sesungguhnya perjalanan (merantau) umatku adalah jihad di jalan Allah Azza Wa Jalla"


untuk siapa saja yang membaca tulisan saya ini, yang sudah berbulan bulan berbalut predikat ROHIS namun masih malu malu beraksi nyata, yang mentoringnya kabur-kaburan,  atau ketika mentoring masih senang ngerumpi berjam-jam, atau yang belum mencari binaan, yang liqonya malas-malasan atau yang dunianya akan berganti dari putih abu menuju dunia kampus, atau untuk yang siang dan malamnya memikirkan adik adiknya, yang dalam do'anya berisi tangisan mohon petunjuk, ribuan semangat, dan dimudahkan segala urusan. siapa saja. mungkin juga anda yang telah lama tak bertatap muka menjenguk kami disini. atau juga bagi saya yang 'hanya' bisa berteriak dalam hati. apa kejenuhan itu sudah mencabik cabik semangat yang dulu pernah ditularkan? terjerumus dalam kesibukan. apakah kebanggaan akan datang saat predikat terbaik melekat namun meninggalkan barisan lemah dibelakang.


apa bangganya mundur ketika lelah, sibuk, dan hal sepele lainnya menjadi penyemangat untuk berganti barisan? dari yang terdepan menyusur bangga menjadi yang terbelakang.


”Kalau saja aku adalah Muhammad, 
aku takkan turun kembali ke bumi 
setelah sampai di Sidratul Muntaha”


bukankah puncak langit ketujuh begitu menggoda untuk ditinggalkan?
sang Manusia pilihan lantas turun untuk sebuah kehidupan yang penuh perjuangan, darah dan air mata.
demi sebuah impian besar, Mekkah pusat dunia, Madinah yang indah, Jazirah Arab yang damai, Persia, Romawi, dan dunia yang berselimut dzikir pagi dan petang, alunan khusyu' ayat-ayat cinta , hingga hadirnya barisan - barisan kokoh yang bersahaja di tiap sudut bumi.


jangan pernah tinggalkan, jalan cinta para pejuang. yang setiap langkahnya adalah perbaikan diri, ucapannya tak mudah diluntur hujan meski kadang pedas, tegas dan menyayat pikiran. bukankah cinta dan sayang itu tak harus selalu indah di ucapkan? 



Padaku malaikat menawarkan,
”Tinggallah di langit ini, bersama syahdu sujud-sujud kami
Bersama kenikmatan-kenikmatan suci”

”Tidak!”, kataku, ”Di bumi masih ada angkara aniaya
Di sanalah aku mengabdi, berkarya, berkorban
Hingga batas waktu yang telah ditentukan.”




kalau Rasulullah meninggalkan romansa lagit ketujuh, syahdunya bertemu para nabi, kenikmatan yang teramat nikmat demi jalan panjang bernama dakwah. lantas harus malulah kita yang berniat pergi hanya karena kesepelean acara ekskul, les dan tugas dari guru, kerjaan kampus, dunia yang baru, mentor yang berganti, hingga milyaran alasan lainnya.

malulah, dengan kekosongam yang mengosongkan semangat
malulah, pada diam yang mematikan

disini, kehausan itu menjelma selebar angkasa
menunggu seseorang merangkulnya
berjajar diantara hunusan pedang
dan
busur yang beterbangan di medan laga

-----------


Ya, Ekstase. Kenikmatan ruhani. Kekhusyu’an
Jangan kau kejar rasa itu. Dia bukan Tuhanmu.
berbaktilah pada Allah dalam kerja-kerja besar da’wah dan jihad.
Menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban,
menyeru pada iman. Larilah hanya menujuNya.
Meloncatlah hanya ke haribaanNya.
Walau duri merantas kaki. Walau kerikil mencacah telapak.
Sampai engkau lelah. Sampai kau payah.
Sampai keringat dan darah tumpah.
Maka Ekstase akan datang padamu,
ketika engkau beristirahat dalam shalat.
Saat kau rasakan puncak kelemahan diri
di hadapan Yang Maha Kuat.
Lalu kaupun pasrah, berserah..

Saat itulah, engkau mungkin melihatNya,
dan Dia pasti melihatmu..







dunia kecil bernama dakwah ini
tidak kah begitu dirindukan?
meski bukan hak saya memaksa untuk merindukan


jangan mundur sedikitpun karena barisan depan lebih menyenangkan.
hingga bosan mendengar biarlah terdengar


bergeraklah! karena tidak bergerak berarti mati.


(beberapa bait puisi diambil dari karya Muhammad Iqbal seperti yang di kutip oleh Salim A. Fillah)



No comments:

Post a Comment