Buku harian Gadis part #2




Gelap…
Sayup sayup terdengar gemericik air
Klek,
pintu kamar mandi terbuka
Dari dalamnya muncul seorang lelaki paruh baya

Klik,
Tiba-tiba kamar ini menjadi terang
Sosok itu,
Dengan sarungnya yang mulai lusuh
Baju koko abu-abu dengan renda di bagian dadanya
Perlahan membentangkan sajadah
Menengok ke arah kanannya

Gadis, membuka matanya
Menerawang tanpa berkedip
Wajahnya pucat pasi
Nafasnya berpacu dalam ketakutan
Huuhhhhh

Klik,
Lelaki itu mematikan lampu
Mengambil sajadahnya dan membuka pintu kamar
Keluar,
Ia membiarkan sedikit cahaya dari lampu ruang tamu
masuk dan mengintip malu malu ke dalam kamar

Gadis mulai tenang
Alunan nafasnya mulai teratur
Satu, dua, tiga
Seirama dengan sekelompok jangkrik di pinggir rumah
Bersenandung di sepertiga malam
Krik krik krik…

Di ruang tamu,
Dengan siri lelaki itu mengucapkan niat
Lalu takbiratul ihram
Matanya menatap kearah sujudnya
Hatinya mencoba untuk khusyu’
Melupakan segala masalah yang menderanya
Ikhlas pada ketentuan Khaliknya

Satu lalu dua
Tiga dan empat
Lima, enam
Masih belum usai
Tujuh,
dan…
Rakaat kedelapan ditutupnya dengan salam
berdzikir sejenak dan berdo’a
tangannya menengadah air matanya bercucuran
aku menangis melihatnya
air mata itu yang pertama kulihat dari ketegaran wajahnya
wajah tak kenal lelah
apa kini lelah telah sanggup mengikis wajah tua itu?
ahhh entahlah...

langitpun ikut mendung
perlahan air melompat berjatuhan
deras menimpa genting genting dengan asyik
daun daun menari riang
sudah lama hujan tak turun
ini yang pertama di bulan Juli

“La yukallifullahu nafsan illa wus’aha “
lelaki itu tertegun,
melirik ke kiri melihat terjemahan ayat itu
“Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya”



wajah tua itu terperanjat
menutup al-Qur’an dengan tergesa
berjalan perlahan
membuka lemari kecil di dekat pintu
ia tersenyum lega
buku itu masih ada
di halaman ke duapuluh dua
ada ayat berbunyi
“Fabiayyi alaa irabbikuma tukadziban”
Di bawahnya tertulis
“Makan nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”

Ia beristighfar
“Ya Rabb, apa hamba lupa bersyukur”

Ia berjalan perlahan ke dalam kamar
Menatap Gadis yang terbaring lemah
Lelaki itu rindu rengekan manjanya

Sampulku dibukanya
Tangannya memegang pensil hijau tua
Membuka halaman sebelas
Pensil hijau tua senang
Aku heran, mau apa lelaki ini?
Perlahan alunan pensil tergurat indah
Tangan itu menuntunnya bicara
Dua kalimat saja…
“Mimpimu akan kembali”
“Ayah janji”

Tangan kanannya membuka laci
Mengacak acak kertas mencoba meraih sesuatu
hap, tangan itu menggenggamnya
foto 3 tahun lalu
Gadis, sikecil khansa, dan seorang lelaki berwajah ceria
“kita bertemu lagi di surga”
Kalimat itu tertulis di balik foto

Matanya bersinar lagi
Aku takjub,
Hey…
Lelaki itu telah kembali
Lelaki yang membawaku kesini 9 tahun lalu

9 tahun lalu
Ketika semuanya begitu indah
Saat langit terus tersenyum
Saat lelaki berwajah ceria datang untuk mengkhitbah


yahhh…
aku tak mau Gadis tetap begini

Ini kisahku
Buku harian Gadis

----------------------













No comments:

Post a Comment