Sedikit cerita tentang dia,
Kulitnya putih, senyumnya manis
Aku hafal cara bicaranya
Cara berjalannya
Aku hafal kapan dia datang ke sekolah
Kapan dia pulang
Kapan dia jajan di kantin
Kapan dia les bahasa inggris
Aku hafal semuanya
Namanya…
Gadis,
Anak periang
Walau kekurangan
Saat pertama bertemu aku jatuh cinta,
Pada kesabarannya
pada sikapnya
Pada akhlaqnya
Pada istiqomahnya
Pada prinsipnya, memegang teguh hijabnya
Patuh pada apa yang harus dia patuhi
Bicaranya lantang,
Menyuarakan kebenaran
Bicaranya tajam
Menyuarakan sebuah keharusan
“kita wanita, bersikaplah seperti wanita”,katanya
Setiap lelaki jatuh cinta padanya
Cinta pada keteguhannya berjalan meski tanpa kaki
Cinta pada caranya berkata meski tanpa mulut
Cinta pada cerdasnya berpikir meski tanpa pikiran
gadis
Kini terduduk lemah di kursi rodanya
matanya lelah berimajinasi
memegang erat buku hariannya
jatuh…
bukunya jatuh
halaman pertama
Gadis
Halaman kedua
“Mimpi-mimpiku”
Ada kumpulan foto…
Wanita yang membentuk lingkaran
Ditengahnya ada al-Qur’an
Semuanya berjilbab
Sebelah kanan mereka dipisahkan oleh hijab
Laki-laki yang membentuk lingkaran
Ditengahnya ada buku-buku tertumpuk
Salah satunya berjudul
“la tahzan”
Janganlah bersedih
Halaman ketiga
Kosong
Halaman ke empat
Hanya ada coretan pensil
Membentuk garis tak beraturan
Halaman kelima
Sebuah foto laki-laki
Dibawahnya tertulis
“Ayah”
Halaman kelima
Ada tulisan
“aku tak kenal ibu”

Halaman ke enam
Sebuah kalimat
“mimpiku, kau dimana?”
Halaman ketujuh
Ada angka-angka
13
29
33
Halaman kedelapan
foto anak kecil
dibawahnya tertulis
“Khansa”
sang pejuang muslimah
Halam kesembilan
Kertas yang sebagian halamannya robek
Halaman kesepuluh
“mimpiku hilang”
Kututup buku hariannya
Tak mengerti
“gadis, ini aku Aulia…”
Gadis hanya diam
“gadis, ini aku Nisa”
Kepalanya terangkat
Matanya merah
Mulutnya menganga
“PERGI!”, suaranya masih lantang
Gadis telah hilang,
Bukan gadis yang aktif di Rohis SMA lagi,
Bukan gadis yang giat dalam dakwah kampus,
Bukan gadis yang patuh pada apa yang harus dia patuhi
Gadis telah hilang,
Aku rindu tarian tangannya
Dalam kertas putih di atas meja hitam
Aku rindu renungannya
Dalam air mata, elipsis dan metafora puisi
ya...
biarlah tetap begini
Ini kisahku
Buku harian Gadis
---------------------
Kulitnya putih, senyumnya manis
Aku hafal cara bicaranya
Cara berjalannya
Aku hafal kapan dia datang ke sekolah
Kapan dia pulang
Kapan dia jajan di kantin
Kapan dia les bahasa inggris
Aku hafal semuanya
Namanya…
Gadis,
Anak periang
Walau kekurangan
Saat pertama bertemu aku jatuh cinta,
Pada kesabarannya
pada sikapnya
Pada akhlaqnya
Pada istiqomahnya
Pada prinsipnya, memegang teguh hijabnya
Patuh pada apa yang harus dia patuhi
Bicaranya lantang,
Menyuarakan kebenaran
Bicaranya tajam
Menyuarakan sebuah keharusan
“kita wanita, bersikaplah seperti wanita”,katanya
Setiap lelaki jatuh cinta padanya
Cinta pada keteguhannya berjalan meski tanpa kaki
Cinta pada caranya berkata meski tanpa mulut
Cinta pada cerdasnya berpikir meski tanpa pikiran
gadis
Kini terduduk lemah di kursi rodanya
matanya lelah berimajinasi
memegang erat buku hariannya
jatuh…
bukunya jatuh
halaman pertama
Gadis
Halaman kedua
“Mimpi-mimpiku”
Ada kumpulan foto…
Wanita yang membentuk lingkaran
Ditengahnya ada al-Qur’an
Semuanya berjilbab
Sebelah kanan mereka dipisahkan oleh hijab
Laki-laki yang membentuk lingkaran
Ditengahnya ada buku-buku tertumpuk
Salah satunya berjudul
“la tahzan”
Janganlah bersedih
Halaman ketiga
Kosong
Halaman ke empat
Hanya ada coretan pensil
Membentuk garis tak beraturan
Halaman kelima
Sebuah foto laki-laki
Dibawahnya tertulis
“Ayah”
Halaman kelima
Ada tulisan
“aku tak kenal ibu”

Halaman ke enam
Sebuah kalimat
“mimpiku, kau dimana?”
Halaman ketujuh
Ada angka-angka
13
29
33
Halaman kedelapan
foto anak kecil
dibawahnya tertulis
“Khansa”
sang pejuang muslimah
Halam kesembilan
Kertas yang sebagian halamannya robek
Halaman kesepuluh
“mimpiku hilang”
Kututup buku hariannya
Tak mengerti
“gadis, ini aku Aulia…”
Gadis hanya diam
“gadis, ini aku Nisa”
Kepalanya terangkat
Matanya merah
Mulutnya menganga
“PERGI!”, suaranya masih lantang
Gadis telah hilang,
Bukan gadis yang aktif di Rohis SMA lagi,
Bukan gadis yang giat dalam dakwah kampus,
Bukan gadis yang patuh pada apa yang harus dia patuhi
Gadis telah hilang,
Aku rindu tarian tangannya
Dalam kertas putih di atas meja hitam
Aku rindu renungannya
Dalam air mata, elipsis dan metafora puisi
ya...
biarlah tetap begini
Ini kisahku
Buku harian Gadis
---------------------
tulisan sapa nih dod?? punya lu??
ReplyDelete@azhari: ia Az, biarpun serem hatinya kan mellow hha
ReplyDeletenice kata-katanya dod.. tapi mungkin klimaksnya kurang
ReplyDeletekeep writing dod :)
@oke iza makasih, masih bersambung ke part #2 :D
ReplyDelete